Nama : Liza Anggraini
Npm : 10080170
Sesi : B / 10
Narasumber : 1. Ibu Eli (41 tahun)
2. Ibu Roza (40 tahun)
Hilangnya
pekerjaan, akibat penggusuran?
Pada
bulan ramadhan, tepatnya saatnya umat muslim lagi makan sahur. Terjadilah
penggusuran pedagang kaki lima disepanjang jalan STKIP PGRI sumatera
barat.penggusuran tersebut dilakukan oleh SatPol PP. Sebelum penggusuran itu
terjadi pemerintah sudah memberikan peringatan terhadap para pedagang, tetapi
para pedagang tidak mengindahkan peringatan yang telah diberikan. Akibatnya,
SatPol PP membangkar paksa semua lapak pedagang disepanjang jalan itu tanpa
persetujun dari pemilik warung. Barang yang ditinggalkan oleh SatPol PP di
lokasi hanyalah lemari serta talase tempat alat-alat untuk berjualan
sehari-hari. Para pedagang hanya bisa mengambil kayu yang dibuka oleh SatPol PP , masih bisa
digunakan.
Penggusuran
ini terjadi karena adanya kunjungan para pejabat tinggi, untuk melihat banjir
bandang yang terjadi di limau manih. Sebenarnya jalan ada dua jalur,jalur yang
satu pada saat terjadinya banjir bandang rusak, Karena di terjangan banjir dan
dalam perbaikan. Tentu saja ini adalah jalan satu-satunya yang bisa dilalui
mobil iring-iringan pemeritah di daerah itu, iring-iringan mobil pemerintah
melihat sebagian badan jalan habis dipakai untuk warung. Fauzi Bahar
berkata”agar jalan ini di kosongkan dan para pedagang dipindahkan ketempat
lain”.
Roza
40 tahun (6/10) mengungkapkan bahwa
“sehabis lebaran para pedagang kebingungan mencari tempat untuk berjualan”,
karena itu para pedagang mengalam kerugian yang cukup besar serta para pedagang
pun resah mencari tempat baru untuk berjualan kembali. Banyak karyawan warung
menjadi pengaguran dan tidak bisa menafkahi keluarganya. Hari demi hari dilalui
dengan perasaan sedih dan memprihatikan lagi sebagian besar karyawannya adalah
bertatus janda. Penantian mereka tidak sia-sia Eli 41 tahun mengatakan “kami pai basamo-samo sabanyak 46 orang.
Kami umbuk-umbuk pak haji yang punyo tanah sabah tu sambil manunjuk ka tanah
kosong, pak rancak tanah apak ko apak
sewaan lai, klua juo pitih apak. Lai dak baa tu buk, tapi lokasi tanah apak ke
gitu nyo a, dak baa doh pak. Apak timbun selu beko bia kami kontrak ka apak”.
Akhirnya pak haji mengetujinya dan dibangunlah warung-warung untuk kami
berjualan.
Sewa
satu tahun berkisar 700 ribu sampai 1.200.000 ribu per-bulan, itu juga hanya
ada 13 kedai. Banyak pedagang yang tidak mendapat tempat berjualan lagi,
sebelum tempat itu benar-benar siap dan layak untuk dipakai Eli jadi karyawan
di warung roza dengan bayaran 40 ribu per-hari. Sampai menunggu warung yang di
bungun pak haji siap untuk di tempati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar