KRITIK
OBJEKTIF
NOVEL
SUPERNOVA: KSATRIA, PUTRI DAN BINTANG
JATUH KARYA DEWI LESTARI
OLEH
LIZA
ANGGRAINI (10080170)
SESI
B/10
Pada
hakikatnya, sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Menurut A. Teeuw, sastra
dideskripsikan sebagai segala sesuatu yang tertulis; pemakaian bahasa dalam
bentuk tulis. Sementara itu, Jacob Sumardjo dan Saini K.M. mendefnisikan sastra
dengan 5 buah pengertian, dan dari ke-5 pengertian tersebut dibatasi menjadi
sebuah definisi, yaitu
sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan
pesona dengan alat bahasa. Secara lebih rinci lagi, Faruk mengemukakan bahwa
pada mulanya pengertian sastra amat luas, yakni mencakup segala macam hasil
aktivitas bahasa atau tulis-menulis. Seiring dengan meluasnya kebiasaan membaca
dan menulis, pengertian tersebut menyempit dan didefinisikan sebagai segala
hasil aktivitas bahasa yang bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang
tergambar di dalamnya, maupun dalam hal bahasa yang digunakan untuk
menggambarkan kehidupan itu.
Secara
umum karya sastra terbagi tiga: (1) berbentuk puisi, (2) berbentuk drama, dan
ketiga, berbentuk prosa. Puisi ialah perasaan penyair yang diungkapkan dalam
pilihan kata yang cermat, serta mengandung rima dan irama. Ciri-ciri puisi
dapat dilihat dari bahasa yang dipergunakan serta dari wujud puisi tersebut.
Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan, sedangkan wujud puisi terdiri
dari bentuknya yang berbait, letak yang tertata ke bawah, dan tidak
mementingkan ejaan. Berdasarkan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern. Unsur-unsur
intrinsik puisi antara lain: (1) Gaya bunyi yang meliputi: asonansi, aliterasi,
persajakan, efoni, dan kakofoni; (2) Gaya kata
yang membahas tentang pengulangan kata dan diksi; (3) Gaya kalimat yang berisi gaya implisit dan gaya
retorika; (4) Larik; dan (5) bahasa
kiasan.
Karya
sastra berbentuk drama adalah laku yang meniru laku dalam kehidupan nyata
dengan menggunakan dialog untuk memberikan pengukuhan dan alternatif bagi
kehidupan itu sendiri. Drama dapat berfungsi sebagai media simulasi realitas.
Sebagai naskah yang utuh, drama dibangun oleh beberapa unsur yang saling
berkaitan, yaitu dialog, petunjuk pemanggungan, plot, dan karakter. Drama
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu tragedi dan komedi.
Karya
sastra berbentuk prosa berisi tentang cerita rekaan namun bukan berarti prosa
adalah lamunan kosong seorang pengarang. Prosa melukiskan realita imajinatif
karena imajinasi selalu terikat pada realitas, sedangkan realitas tak mungkin
lepas dari imajinasi. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan
menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif. Adapun ciri-ciri prosa
adalah bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan dan menambah
pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif. Berdasarkan pembagian sejarah
sastra Indonesia, dikenal 2 macam sastra, yaitu sastra klasik dan sastra
modern. Sastra modern mencakup roman, novel, novel populer, dan cerpen.
Selanjutnya sastra klasik mencakup yaitu prosa lama yang mencakup cerita
rakyat, dongeng, fabel, epos, legenda, mite, cerita jenaka, cerita pelipur
lara, sage, hikayat, dan silsilah. Novel dapat dibedakan menjadi novel
kedaerahan, novel psikologi, novel sosial, novel gotik, dan novel sejarah,
serta novel populer.
Novel
Supernova termasuk genre
sastra berbentuk prosa. Hal itu karena di dalam novel Supernova terdapat
ciri-ciri prosa diantaranya bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan dan
menambah pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif.
Unsur
intrinsik prosa terdiri atas alur, penokohan, latar/setting, sudut pandang,
tema, gaya bahasa. Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam
cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus
menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi, pada umumnya alur cerita
terbagi tiga; alur konvensional/progresif,
inkonvensional /flash back/
sorot
balik, dan alur campuran (gabungan dari kedua alur tersebut). Novel Supernova memiliki alur campuran
tidak semua cerita diungkap secara linier, akan tetapi ada beberapa cerita yang
diungkap secara flash back. Penyajian alur seperti ini membuat pembaca tidak
bosan, karena dalam penyajian terdapat variasi, akan tetapi pembaca akan lebih
sulit memahami ceritanya.
Penokohan
dapat dilakukan menggunakan metode (a) analitik; (b) dramatic; dan (c) kontekstual. Penokohan pada novel Supernova menggunakan metode dramatik karena tokoh tidak langsung diceritakan di dalam
paragraph atau
cerita, ada dalang yang menjadi pengatur jalannya cerita.
“Nada
itu terdengar angkuh. Dimas langsung tahu bahwa Ruben termasuk geng anak
beasiswa orang-orang sinis, kuper yang cuma cocok bersosialisasi dengan buku.
Sementara dari gayanya, Ruben pun langsung tahu bahwa Dimas termasuk geng anak
orang kaya, kalangan mahasiswa Indonesia berlebih harta yang tidak pernah ia
suka” (supernova, Dee:3).
Berdasarkan
peran tokoh dapat dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Ditunjau
dari segi keseluruhan cerita, Supernova
memiliki tokoh yang dapat dikategorikan kedalam tokoh sentral, tokoh peripheral
dan tokoh dalang. Tokoh dalang: Ruben dan Dhimas.Kedua tokoh ini
merupakan perwujudan pengarang dalam membangun kisah dan proses dialogis dari
setiap pemahaman empirisnya. Tokoh sentral: Kesatria diperankan oleh Ferre. Pemuda
tampan, umur 29 tahun, berpendidikan tinggi dan sukses, Direktur MNC. Putri
dimainkan oleh Rana Wanita karir (sebagai wartawan) dan sudah bersuami.
Bintang jatuh diperagakan oleh Diva. Pelacur kelas tinggi, sebagai
modal top yang cerdas. Tokoh Periferal: Ale (Rafael) sahabat Ferre. Tambahan
Arwin suami Rana, Sumargono pelanggan Diva, Gio teman
baik Diva dan tokoh figuran lain.
Watak
tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Watak tokoh Cara
kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat
dilakukan melalui dimensi (a) fisik; (b) psikis; dan (c) sosial. Ruben wataknya keras kepala, haus akan ilmu pengetahuan,
pelajar yang gigih mempertahankan pendapatnya, sinis, ia adalah seorang yang
menyukai jenisnya. Sedangkan dhimas wataknya lemah lembut, pengalah, pintar,
mencintai sastra, pandai mengapresiasikan sastra, ulet dan tekun, ia seorang
yang menyukai jenisnya. Seperti yang tertera pada kutipan novel berikut:
“kedua pria
tersebut duduk berhadapan. Kehanyatan terpancar dari mata mereka. Rasa itu
memang masih ada masa sepuluh tahun tidak mengaratkan esensi, sekalipun
mengusutkan bara” (supernova, Dee:2).
Latar
adalah
seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita.
1) Latar tempat
dalam novel Supernova diantaranya negeri pamansam, Goerge Washinton, John Hopkins Medical School, Jakarta,
Rumah, Kampus, Kantor dan perusahaan, diskotik. Misalnya pada kutipan novel
berikut:
“Nggak
ada kapoknya itu orang-orang, “ gumam Re. Cukup terkesan akan sikapnya yang
tidak langsung menolak mentah. Ia lebih memperhatikan seekor kupu-kupu yang
terbang di dekat jendela. Sungguh ganjil ada kupu-kupu mungil berwarna putih
terbang di ketinggian gedung seperti ini” (supernova, Dee:23).
2)Latar waktu misalnya Rana remaja,
Rana bocah (hal. 34 – 35).
Serta 3) latar
sosial dan budaya misalnya pada utipan novel berikut :
“Jakarta. Aku setuju. Kota ini biangnya dualisme antara angin Timur
dan berlagak Timur. Sembari terdesak hadir oleh Barat sekaligus paling keras
mengutuk-ngutuk.” (supernova, Dee:11).
Begitu
juga dengan Agar penokohan ini tampak lebih hidup, ditopang dengan
latar/setting cerita, gaya, pembayangan dan amanat.
Unsur
ekstrinsik prosa fiksi adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi
penciptaan karya sastra seperti nilai sosiologi, nilai kesejarahan, nilai
moral, nilai psikologi. Ia merupakan nilai subjektif pengarang yang bisa berupa
kondisi sosial,motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan
seseorang. Pada gilirannya unsur ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya
sastra itu, cukup membantu para penelaah sastra dalam memahami dan menikmati
karya yang dihadapi. Pengalaman mendalam dan pengenalan unsur ekstrinsik
tersebut memungkinkan seseorang penelaah mampu menginterpretasikan karya sastra
dengan lebih tepat.
Unsur
tingkat nilai penghayatan dalam prosa fiksi adalah neveau anorganik, neveau
vegetatif, neveau animal, neveau humanis, dan neveau metafisika/transendental.
Sudut
pandang adalah cara pengarang untuk menetapkan siapa yang akan mengisahkan
ceritanya, yang dapat dipilih dari tokoh atau dari narator. Sudut pandang
melalui tokoh cerita terdiri dari (a) sudut pandang akuan; (b) sudut pandang diaan; (c) sudut pandang campuran. Dalam menuangkan cerita
menggunakan medium bahasa, pengarang bebas menentukan akan menggunakan bahasa
nasional, bahasa daerah, dialek, ataupun bahasa asing. Sedangkan unsur-unsur
ekstrinsik dalam novel (unsur yang membangun dari luar) diantaranya kapan karya
sastra itu dibuat, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial
pengarang, latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan
sebagainya.
Begitu juga dengan novel Supernova, Buku pertama Dewi
Lestari yang begitu unik dengan banyak daftar bibliografi ilmiah. Supernova adalah novel yang mencampur
science, social culture, psikologi umum, humanisme, sejarah pengetahuan dunia
dan tentu saja, romantisme cinta dalam kehidupan. Dee
yang bernama lengkap Dewi Lestari, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Selain di
dunia penulisan, ia juga aktif di dunia musik bersama trio vokal Rida, Sita dan
Dewi. Novel yang dihasilkan oleh Dee ini berjudul Supernova : Ksatria, Puteri,
dan Bintang Jatuh. Supernova: Akar merupakan karya keduanya sesudah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang
Jatuh. Berikut kutipan novel Supernova.
“Ruben dan Dhimas, pasangan gay yang
sama-sama menuntut ilmu di Georgetown, Washington D.C. yang sepuluh tahun
kemudian memutuskan membuat novel berdasarkan literatur klasik. Ferre, pria
tampan yang juga managing director perusahaan multinasional yang kemudian
terlibat perselingkuhan dengan Rana, seorang wakil pemimpin redaksi majalah
wanita. Diva, model cantik yang berprofesi sebagai wanita panggilan,
tapi Diva bukanlah wanita murahan. Diva digambarkan sebagai manusia paradoks
yang lebih memilih menjual tubuh dibanding otaknya yang luar biasa pintar”.
Secara garis besar
novel ini membicarakan tentang cinta, pertentangan yang terjadi di masyarakat
hubungan sejenis atau lesbian dan homo. Novel ini bisa membingungkan pembaca karena plotnya
yang yang sorot balik dari waktu ke waktu dan peristiwa-peristiwa dituliskan
tidak secara berurutan. Novel ini dikategorikan sebagai novel ilmiah atau
pengetahuan karena disini pengarang banyak menggunakan kata-kata ilmiah seperti
serotonin, order atau cbaos dan masih banyak yang lainnya.
Permasalahan selanjutnya mengenai cinta. Dengan kelakuan yang diperbuat oleh
para tokoh mengisyaratkan bahwa cinta itu tidak memilih pada siapa dia menaruh
hati, bahkan cinta membuat orang tidak mengenal adanya dosa, seperti yang
terdapat dalam novel, salah satunya hal 2.
Moral juga menjadi
persoalan dalam novel ini, sebagaimana yang dialami oleh hubungan
antara Ferre dengan Rana, Ferre dan Diva serta hubungan antara tokoh utama dan
tokoh tambahan lainnya.
Setelah membaca dan mengetahui isi novel ini, ada
beberapa pesan yang dapat saya ambil, yakni sebagai berikut. (a) Berhati-hatilah
dalam menafsirkan cinta, karena cinta akan membuat kita sesat seperti yang dilakukan
oleh para tokoh; (b) Eksistensi
manusia ditentukan oleh pilihan-pilihan hidup itu sendiri;
(c) Jangan pernah
mencintai sesama jenis, karena kita diciptakan berlawan jenis; (d) Cinta yang
tulus akan mmbawa kebahagian yang abadi di dalam kehidupan kita, meskipun orang
itu sudah pernah pergi dari kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar