Rabu, 12 Desember 2012

kritik objektif

KRITIK OBJEKTIF
NOVEL SUPERNOVA: KSATRIA, PUTRI DAN BINTANG JATUH KARYA DEWI LESTARI
OLEH
LIZA ANGGRAINI (10080170)
SESI B/10

Pada hakikatnya, sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Menurut A. Teeuw, sastra dideskripsikan sebagai segala sesuatu yang tertulis; pemakaian bahasa dalam bentuk tulis. Sementara itu, Jacob Sumardjo dan Saini K.M. mendefnisikan sastra dengan 5 buah pengertian, dan dari ke-5 pengertian tersebut dibatasi menjadi sebuah definisi, yaitu sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Secara lebih rinci lagi, Faruk mengemukakan bahwa pada mulanya pengertian sastra amat luas, yakni mencakup segala macam hasil aktivitas bahasa atau tulis-menulis. Seiring dengan meluasnya kebiasaan membaca dan menulis, pengertian tersebut menyempit dan didefinisikan sebagai segala hasil aktivitas bahasa yang bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang tergambar di dalamnya, maupun dalam hal bahasa yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan itu.
Secara umum karya sastra terbagi tiga: (1) berbentuk puisi, (2) berbentuk drama, dan ketiga, berbentuk prosa. Puisi ialah perasaan penyair yang diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat, serta mengandung rima dan irama. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang dipergunakan serta dari wujud puisi tersebut. Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan, sedangkan wujud puisi terdiri dari bentuknya yang berbait, letak yang tertata ke bawah, dan tidak mementingkan ejaan. Berdasarkan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern. Unsur-unsur intrinsik puisi antara lain: (1) Gaya bunyi yang meliputi: asonansi, aliterasi, persajakan, efoni, dan kakofoni; (2) Gaya kata yang membahas tentang pengulangan kata dan diksi; (3) Gaya kalimat yang berisi gaya implisit dan gaya retorika; (4) Larik; dan (5) bahasa kiasan.
Karya sastra berbentuk drama adalah laku yang meniru laku dalam kehidupan nyata dengan menggunakan dialog untuk memberikan pengukuhan dan alternatif bagi kehidupan itu sendiri. Drama dapat berfungsi sebagai media simulasi realitas. Sebagai naskah yang utuh, drama dibangun oleh beberapa unsur yang saling berkaitan, yaitu dialog, petunjuk pemanggungan, plot, dan karakter. Drama dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu tragedi dan komedi.
Karya sastra berbentuk prosa berisi tentang cerita rekaan namun bukan berarti prosa adalah lamunan kosong seorang pengarang. Prosa melukiskan realita imajinatif karena imajinasi selalu terikat pada realitas, sedangkan realitas tak mungkin lepas dari imajinasi. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif. Adapun ciri-ciri prosa adalah bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan dan menambah pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif. Berdasarkan pembagian sejarah sastra Indonesia, dikenal 2 macam sastra, yaitu sastra klasik dan sastra modern. Sastra modern mencakup roman, novel, novel populer, dan cerpen. Selanjutnya sastra klasik mencakup yaitu prosa lama yang mencakup cerita rakyat, dongeng, fabel, epos, legenda, mite, cerita jenaka, cerita pelipur lara, sage, hikayat, dan silsilah. Novel dapat dibedakan menjadi novel kedaerahan, novel psikologi, novel sosial, novel gotik, dan novel sejarah, serta novel populer.
Novel Supernova termasuk genre sastra berbentuk prosa. Hal itu karena di dalam novel Supernova terdapat ciri-ciri prosa diantaranya bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan dan menambah pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif.
Unsur intrinsik prosa terdiri atas alur, penokohan, latar/setting, sudut pandang, tema, gaya bahasa. Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi, pada umumnya alur cerita terbagi tiga; alur konvensional/progresif,  inkonvensional /flash back/ sorot balik, dan alur campuran (gabungan dari kedua alur tersebut). Novel Supernova memiliki alur campuran tidak semua cerita diungkap secara linier, akan tetapi ada beberapa cerita yang diungkap secara flash back. Penyajian alur seperti ini membuat pembaca tidak bosan, karena dalam penyajian terdapat variasi, akan tetapi pembaca akan lebih sulit memahami ceritanya.
Penokohan dapat dilakukan menggunakan metode (a) analitik; (b) dramatic; dan (c) kontekstual. Penokohan pada novel Supernova menggunakan metode dramatik karena tokoh tidak langsung diceritakan di dalam paragraph atau cerita, ada dalang yang menjadi pengatur jalannya cerita.
“Nada itu terdengar angkuh. Dimas langsung tahu bahwa Ruben termasuk geng anak beasiswa orang-orang sinis, kuper yang cuma cocok bersosialisasi dengan buku. Sementara dari gayanya, Ruben pun langsung tahu bahwa Dimas termasuk geng anak orang kaya, kalangan mahasiswa Indonesia berlebih harta yang tidak pernah ia suka” (supernova, Dee:3).
Berdasarkan peran tokoh dapat dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Ditunjau dari segi keseluruhan cerita, Supernova memiliki tokoh yang dapat dikategorikan kedalam tokoh sentral, tokoh peripheral dan tokoh dalang. Tokoh dalang: Ruben dan Dhimas.Kedua tokoh ini merupakan perwujudan pengarang dalam membangun kisah dan proses dialogis dari setiap pemahaman empirisnya. Tokoh sentral:  Kesatria diperankan oleh Ferre. Pemuda tampan, umur 29 tahun, berpendidikan tinggi dan sukses, Direktur MNC. Putri dimainkan oleh Rana Wanita karir (sebagai wartawan) dan sudah bersuami. Bintang jatuh diperagakan oleh Diva. Pelacur kelas tinggi, sebagai modal top yang cerdas. Tokoh Periferal: Ale (Rafael) sahabat Ferre. Tambahan  Arwin suami Rana,  Sumargono pelanggan Diva, Gio teman baik Diva dan tokoh figuran lain.
Watak tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Watak tokoh Cara kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik; (b) psikis; dan (c) sosial. Ruben wataknya keras kepala, haus akan ilmu pengetahuan, pelajar yang gigih mempertahankan pendapatnya, sinis, ia adalah seorang yang menyukai jenisnya. Sedangkan dhimas wataknya lemah lembut, pengalah, pintar, mencintai sastra, pandai mengapresiasikan sastra, ulet dan tekun, ia seorang yang menyukai jenisnya. Seperti yang tertera pada kutipan novel berikut:
“kedua pria tersebut duduk berhadapan. Kehanyatan terpancar dari mata mereka. Rasa itu memang masih ada masa sepuluh tahun tidak mengaratkan esensi, sekalipun mengusutkan bara” (supernova, Dee:2).
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita. 1) Latar tempat dalam novel Supernova diantaranya negeri pamansam, Goerge Washinton, John Hopkins Medical School, Jakarta, Rumah,  Kampus, Kantor dan perusahaan, diskotik. Misalnya pada kutipan novel berikut:
“Nggak ada kapoknya itu orang-orang, “ gumam Re. Cukup terkesan akan sikapnya yang tidak langsung menolak mentah. Ia lebih memperhatikan seekor kupu-kupu yang terbang di dekat jendela. Sungguh ganjil ada kupu-kupu mungil berwarna putih terbang di ketinggian gedung seperti ini” (supernova, Dee:23).
            2)Latar waktu misalnya Rana remaja, Rana bocah     (hal. 34 – 35). Serta 3) latar sosial dan budaya misalnya pada utipan novel berikut :
  “Jakarta. Aku setuju. Kota ini biangnya dualisme antara angin Timur dan berlagak Timur. Sembari terdesak hadir oleh Barat sekaligus paling keras mengutuk-ngutuk.” (supernova, Dee:11).
Begitu juga dengan Agar penokohan ini tampak lebih hidup, ditopang dengan latar/setting cerita, gaya, pembayangan dan amanat.
Unsur ekstrinsik prosa fiksi adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra seperti nilai sosiologi, nilai kesejarahan, nilai moral, nilai psikologi. Ia merupakan nilai subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial,motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Pada gilirannya unsur ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya sastra itu, cukup membantu para penelaah sastra dalam memahami dan menikmati karya yang dihadapi. Pengalaman mendalam dan pengenalan unsur ekstrinsik tersebut memungkinkan seseorang penelaah mampu menginterpretasikan karya sastra dengan lebih tepat.
Unsur tingkat nilai penghayatan dalam prosa fiksi adalah neveau anorganik, neveau vegetatif, neveau animal, neveau humanis, dan neveau metafisika/transendental.
Sudut pandang adalah cara pengarang untuk menetapkan siapa yang akan mengisahkan ceritanya, yang dapat dipilih dari tokoh atau dari narator. Sudut pandang melalui tokoh cerita terdiri dari (a) sudut pandang akuan; (b) sudut pandang diaan; (c) sudut pandang campuran. Dalam menuangkan cerita menggunakan medium bahasa, pengarang bebas menentukan akan menggunakan bahasa nasional, bahasa daerah, dialek, ataupun bahasa asing. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik dalam novel (unsur yang membangun dari luar) diantaranya kapan karya sastra itu dibuat, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial pengarang, latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan sebagainya.
Begitu juga dengan novel Supernova, Buku pertama Dewi Lestari  yang begitu unik dengan banyak daftar bibliografi ilmiah. Supernova adalah novel yang mencampur science, social culture, psikologi umum, humanisme, sejarah pengetahuan dunia dan tentu saja, romantisme cinta dalam kehidupan. Dee yang bernama lengkap Dewi Lestari, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Selain di dunia penulisan, ia juga aktif di dunia musik bersama trio vokal Rida, Sita dan Dewi. Novel yang dihasilkan oleh Dee ini berjudul Supernova : Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Supernova: Akar merupakan karya keduanya sesudah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Berikut kutipan  novel Supernova.
“Ruben dan Dhimas, pasangan gay yang sama-sama menuntut ilmu di Georgetown, Washington D.C. yang sepuluh tahun kemudian memutuskan membuat novel berdasarkan literatur klasik. Ferre, pria tampan yang juga managing director perusahaan multinasional yang kemudian terlibat perselingkuhan dengan Rana, seorang wakil pemimpin redaksi majalah wanita.  Diva, model cantik yang berprofesi sebagai wanita panggilan, tapi Diva bukanlah wanita murahan. Diva digambarkan sebagai manusia paradoks yang lebih memilih menjual tubuh dibanding otaknya yang luar biasa pintar”.
Secara garis besar novel ini membicarakan tentang cinta, pertentangan yang terjadi di masyarakat hubungan sejenis atau lesbian dan homo. Novel ini  bisa membingungkan pembaca karena plotnya yang yang sorot balik dari waktu ke waktu dan peristiwa-peristiwa dituliskan tidak secara berurutan. Novel ini dikategorikan sebagai novel ilmiah atau pengetahuan karena disini pengarang banyak menggunakan kata-kata ilmiah seperti serotonin, order atau cbaos dan masih banyak yang lainnya. Permasalahan selanjutnya mengenai cinta. Dengan kelakuan yang diperbuat oleh para tokoh mengisyaratkan bahwa cinta itu tidak memilih pada siapa dia menaruh hati, bahkan cinta membuat orang tidak mengenal adanya dosa, seperti yang terdapat dalam novel, salah satunya hal 2.
Moral juga menjadi persoalan dalam novel ini, sebagaimana yang dialami oleh hubungan antara Ferre dengan Rana, Ferre dan Diva serta hubungan antara tokoh utama dan tokoh tambahan lainnya.
Setelah membaca dan mengetahui isi novel ini, ada beberapa pesan yang dapat saya ambil, yakni sebagai berikut. (a) Berhati-hatilah dalam menafsirkan cinta, karena cinta akan membuat kita sesat seperti yang dilakukan oleh para tokoh; (b) Eksistensi manusia ditentukan oleh pilihan-pilihan hidup itu sendiri; (c) Jangan pernah mencintai sesama jenis, karena kita diciptakan berlawan jenis; (d) Cinta yang tulus akan mmbawa kebahagian yang abadi di dalam kehidupan kita, meskipun orang itu sudah pernah pergi dari kehidupan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar